(Spoiler) Bumblebee: The Best Spin-off Ever! Yeah, Right....
- Sang Protagonis
- Dec 21, 2018
- 5 min read
Artikel ini mengandung isi cerita film dan bisa mempengaruhi pengalaman menonton anda. Pastikan anda sudah menonton film ini atau bersedia dengan konsekwensi yang sudah disebutkan.
***
Entah kenapa semenjak akhir pekan kemarin saya merasa sangat tempramental. Akhirnya saya memutuskan untuk berkonsolidasi atas diri saya sendiri di kamar. Ternyata semua bermula dari tengah malam di hari sabtu. Keputusan saya untuk menonton Bumblebee di jam tengah malam di hari sabtu tentu berpengaruh ke stabilisasi mental saya.
Menghabiskan waktu dua jam menonton film jelek di tengah malam tentunya mengganggu siklus kehidupan saya yang sudah seimbang sebelumnya. Saya kurang tidur. Mulut terasa kering. Gangguan pencernaan. Akhirnya saya merasa selalu mengalami kesialan sampai saya gampang emosi pada masalah-masalah sepele.

Film Bumblebee ini merupakan film yang berbeda dari film-film Transformers sebelumnya. Jelas saya, dua seri awal Transformers sangat bagus sedangkan satu ini sangat jelek, d’oh! Tapi bukan itu maksud saya. Film ini dimulai dengan pertarungan Decepticon yang menghajar Autobots di Cybertron yang membuat Autobots harus mengungsi ke planet lain untuk menyelamatkan spesies mereka. Sampai saat itu, saya masih cukup excited dengan penceritaan yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Yang ada di otak saya waktu itu, semestinya tidak susah membuat film yang lebih bagus dari Transformers: The Last Knight.
Film ini tidak mempunyai cukup banyak sub plot atau karakter yang sangat dominan. Banyak sekali aktor pop yang tampil di film ini. Hailee Steinfeld, John Cena, dan Jorge L Jr. berakting sangat pas-pasan menjadikan film ini semacam konser pop. Bisa diibaratkan kalau Transformers pertama adalah konser yang diisi oleh Adele, Beyonce, dan Justin Timberlake, film Bumblebee adalah konser yang diisi oleh ZAYN, Camila Cabello, dan Meghan Trainor. Bukan berarti ketiga nama terakhir adalah artis yang buruk, hanya saja tidak istimewa rasanya.
Cerita di film ini terasa sangat ringan sekali. Semenjak Charlie (Hailee Steinfeld) menemukan Bumblebee diantara barang rongsokan lainnya, mereka berdua hanya bersenang-senang saja tanpa menyadari bahwa Bumblebee datang ke bumi dalam tugas mencari tempat berlindung untuk golongannya, Autobots. Tidak ada tekanan bagi Bumblebee untuk melakukan sesuatu. Cerita mulai menjadi membosankan. Tidak ada tujuan pasti untuk apa dia berada di sana.
Setelah akhirnya dua Decepticon, Dropkick dan Shatter, menemukan sinyal Bumblebee dari bumi dan mulai masuk ke bumi untuk mencari tahu keberadaan Optimus Prime, cerita mulai sedikit berkembang. Melihat adanya benda asing yang masuk ke atmosfer bumi, elit militer pun mengirim Agent Barns (John Cena) untuk menghadang dua alien yang baru datang ke bumi. Oiya, bersama satu ilmuwan, Agent Powell.
Powell melihat transformasi Dropkick dan Shatter dari bentuk kendaraan udara menjadi mobil dan berubah lagi ke bentuk, bagaimana saya menyebutnya, Robot, begitu terpesona. Dia melihat perkembangan teknologi mereka sangat jauh di atas kemampuan manusia Bumi. Powell berusaha meyakinkan Barns agar dapat berdiplomasi dengan mereka dan mempelajari intelegensi dua alien tersebut. Di saat yang sama, Shatter tahu mereka tidak seharusnya menunjukkan arogansi dan lebih bersahabat kepada manusia. Entah siapa yang mengajari Shatter seperti itu. Sepertinya bukan Megatron.
Tidak ada yang salah dengan strategi ini, tapi bagaimana Shatter mengkomunikasikan kepada Powell seolah-olah dia sedang berkomunikasi dengan penduduk primitif yang tidak mengenal bahasa. Mengingatkan saya bagaimana orang pendatang di benua Amerika berkomunikasi dengan Suku Indian di film kartun yang saya tonton waktu saya masih kecil.
Ingat saat kalian mengeluh Transformers karya Michael Bay yang menghadirkan terlalu banyak karakter yang coba dikembangkan? Setelah menonton film ini kalian akan menyesali omongan kalian. Paling tidak semua karakter tersebut bisa berkembang dan dibawa ke jalur yang tepat. Jangankan membawa karakter yang banyak dengan pengembangan yang kompleks, untuk karakter yang bisa dihitung tangan saja tidak bisa dikembangkan dengan baik.
Kalau kalian melihat banyak mobil mahal yang terbakar dan berhamburan di beberapa film sebelumnya, kalian semua jangan berharap hal sama dalam film ini. Bahkan Bumblebee yang selama ini berbentuk mobil Chevrolet Camaro, kali ini hadir dalam bentuk VW Beetle. Maaf, maksud saya rongsokan VW Beetle. Tapi apa gunanya mobil-mobil keren kalau kualitas ceritanya buruk? Hey! Film ini menggabungkan keduanya, loh! Mobil usang dan cerita yang buruk jadi satu.
Sepertinya tidak pantas kalau membandingkan karya seorang sutradara yang pernah mengerjakan film seperti Armageddon, Pearl Harbor, atau 13 Hours (The Secret Soldier of Benghazi) dengan seorang yang yang memulai debutnya di film Bumblebee ini. Apakah film ini cukup bagus dinilai hanya dari film ini tanpa ada embel-embel apapun? Jawabannya: Tetap buruk.
Dari banyak hal yang ditampilkan dengan buruk dalam film ini, tentu ada satu hal yang sangat sangat, sangat buruk. Dialog yang tidak berkembang. Interaksi satu pemain dengan pemain lain seperti hanya sebuah usaha sentuhan. Tidak ada dari mereka yang benar-benar sedang berkomunikasi. Satu orang coba membuka pembicaraan, lainnya menimpali dengan inkoheren. Kalau saya berada diantara orang-orang yang berkomunikasi dengan cara seperti itu, mungkin saya lebih cepat bunuh diri.
Dinamisme karakter pun dibuat dengan sangat tidak masuk akal. Pagi hari Charlie menghancurkan seluruh rumah, sore kabur dari rumah, malam hari bertemu di tengah jalan sedang kejar-kejaran dengan mobil militer dan tetap berhasil membuat orang tua percaya dengan mengatakan “percayalah padaku kali ini saja”. Asal kalian tahu, hari itu bukan satu-satunya hari di mana Charlie membangkang orang tuanya. Kalau saja saya benar-benar bisa meyakinkan orang tua saya dengan cara seperti itu, mungkin saya sudah tumbuh menjadi pemabuk yang tidak tahu tentang tanggung jawab.
Melihat usaha Travis Knight di film ini dengan artis seperti Hailee Steinfeld dan John Cena, memang pasarnya bukan orang seperti saya. Tapi, tolonglah, John Cena benar-benar tampil buruk di film ini. Tidak mendapat porsi dan pendalaman karakter yang kuat, bukan satu-satunya masalah dia di sini. Candaan yang coba disampaikan pun sangat klise dan tidak mengeskalasi mood saya dari adegan-adegan yang membosankan. Mestinya John Cena sadar kalau bakat aktingnya di dunia hiburan hanya sebatas dunia gulat di mana tidak dibutuhkan pendalaman materi yang kompleks dan hanya membutuhkan suara yang berat. Mungkin penggalan kata dari Paman Ben bisa berguna untuk John. Dari tubuh yang kekar, datang suara yang berat.
Percayalah, ketika seorang agen militer mencoba meyakinkan atasannya untuk menyerang dengan alasan namanya “Decepticon”, penulis dialognya tentu seorang pemalas. Saat saya bicara mengenai dialog yang lemah, percayalah, bagaimana bisa mengatur dinamisme karakter itu sendiri. Gambaran ini bisa dilihat di adegan-adegan akhir, saat Decepticon mulai membuat onar.
Agent Barns mendapatkan tugas untuk membunuh semua alien yang ada di bumi. Saat hanya Bumblebee yang tersisa di sana, dia mencoba dengan segala cara untuk menghancurkan Bumblebee yang berakhir Bumblebee berhasil kabur bersama Charlie. Klise. Tapi setelah Bumblebee berhasil membunuh dua Decepticon sendirian, Barns membiarkan mereka berdua pergi. Tidak hanya itu, dia bahkan memberikan hormat ala militer. Hey, Barns! Setelah kamu bilang bahwa benda yang datang ke Bumi itu berbahaya dan dapat menghancurkan bumi, sekarang kau memberikan hormat padanya? Kenapa jadi mirip orang militer yang punya agenda untuk mencalonkan diri sebagai presiden gini, sih?
Tentunya menjadi salah satu orang yang menonton film ini lebih awal tidak menjadi sebuah kebanggaan. Apalagi tengah malam. Semestinya saya bisa menikmati hangatnya kasur dan beristirahat, sedangkan saya memilih untuk melewati perjalanan di tengah malam untuk film seperti ini. Teman saya bahkan sampai ketiduran menonton film ini. Beruntung sekali dia.
Tayang bersamaan dengan film musim liburan lainnya, Bumblebee tentu bukan pilihan untuk menikmati masa liburan. Masih ada Spiderman into The Spider-verse yang spektakuler, Aquaman yang membantu mendongkrak film dari DC Universe, masih ada… sepertinya hanya itu alternatif film sampai saat ini. Yang jelas Bumblebee bukan pilihan pertama. Kasihan Spider-Gwen berjuang sendirian di Universenya setelah teman baiknya meninggal, sedangkan Hailee Steinfeld bermain untuk film ini.
Comments