top of page
Search

Big Brother: Film Kungfu Biasa Saja

  • Writer: Sang Protagonis
    Sang Protagonis
  • Sep 22, 2018
  • 4 min read

Tulisan berikut berisi perintilan bocoran yang bisa mempengaruhi pengalaman anda saat menonton film.



Ketika melihat trailer film ini sekilas di youtube, saya kira ini hanyalah film tipikal drama aksi ala Hongkong dimana unsur aksi beladiri sebagai elemen pertama dan drama hanya bumbu penyedap saja. Itu sebabnya saya memilih untuk menonton film ini ketika bosan dan tahu bahwa Mile 22 yang dibintangi aktor laga lokal Iko Uwais mendapat review buruk. Ternyata saya agak salah. Film ini lebih merupakan film drama dibumbu aksi dan komedi. Sempat agak kecewa tapi ya sudahlah nasi sudah menjadi nasi goreng Hongkong. Toh filmnya tidak buruk tapi juga tidak bagus-bagus amat.

Film ini menceritakan seorang mantan tentara Amerika bernama Henry Chen (diperankan Donnie Yen) yang melamar sebagai guru SMA di Hongkong. Tantangannya sebagai guru adalah menghadapi murid-murid nakal tak tahu aturan yang tak punya harapan sama sekali bahkan untuk lulus sekolah sekalipun. Untuk mempertahankan eksistensi sekolah yang sudah di cap buruk dan terancam ditutup karena rendahnya persentase kelulusan murid dalam ujian negara, Henry harus berusaha mendidik muridnya agar dapat lulus ujian negara dan juga mendapat kepercayaan dari Dinas Pendidikan untuk kembali membiayai sekolah yang juga terancam akan digusur untuk dijadikan tempat bisnis milik Triad Hongkong.


Jika dibaca sinopsisnya sekali lagi, plot yang diberikan tidak ada yang orisinil dan revolusioner. Sebuah plot umum yang sebenarnya bisa ditemui di beberapa sinetron, film serial dan film layar lebar lainnya, baik dari entertainment pop barat ke timur. Namun, film ini membawa beberapa isu menarik tentang budaya Asia seperti pendidikan sekolah yang mengutamakan performa murid dalam ujian negara, ekspektasi orang tua terhadap anak perempuan, pandangan mayoritas masyarakat oriental Hongkong terhadap minoritas keturunan Timur Tengah, fenomena elit masyarakat yang menguasai sektor publik untuk kepentingan bisnis, dan lainnya. Isu-isu ini juga tidak terlalu baru dan mungkin cenderung agak basi dan bisa ditemukan di film drama umumnya tapi karena masih merupakan cermin realita dalam budaya masyarakat Asia sekarang, isu ini tetap menarik perhatian penonton termasuk saya. Dari isu-isu di atas, hal ini direfleksikan ke setiap permasalahan seluruh tokoh, baik di tokoh Henry Chen, anak-anak murid bahkan di tokoh antagonis.

Sebenarnya konflik-konflik yang disajikan dari tema di atas merupakan premis bagus, hanya saja ujungnya tak terjawab dengan serius dan meyakinkan di akhir cerita. Konflik yang timbul dari premis-premis tersebut hanya diselesaikan dengan resolusi komedik dan instan. Dari Gladys murid tomboy yang berusaha meyakinkan bapaknya yang memiliki pandangan kaku terhadap anak perempuan dengan cara balapan Go kart dari sirkuit ke jalan raya, sampai hubungan dua saudara kembar Bruce dan Chris dengan bapaknya yang pemabuk diselesaikan dengan satu sesi konseling antara bapak dan anak, kemudian mereka makan malam bersama. Klise. Karena isu menarik ini diselesaikan hanya dengan adegan di mana orang tua menyesal, anak-anak memahami orang tua mereka, semuanya menangis, dan masalah selesai. Memang adegan ini ampuh untuk menarik hati penonton karena Begitu mudah adegan ini mengingatkan penonton dengan orang tua mereka. Hanya saja bila dipikir lagi, ya, klise dan basi.



Bahkan sampai di adegan dimana salah satu murid memutuskan untuk bunuh diri karena depresi yang disebabkan mengidap gangguan konsentrasi berpikir, isu mengenai apakah pendidikan berorientasi ujian negara yang menyebabkan banyaknya kasus bunuh diri oleh murid sekolah di Asia Timur tetap tidak dijawab dan Henry tetap harus diskorsing tidak mengajar meskipun itu bukan kesalahannya. Karena seperti pada umumnya film drama remaja, isu-isu sosial selalu dibawa tanpa ada keinginan untuk dijawab. Yang penting awalannya menarik, ceritanya kena, penonton terpukau dan senang, terus ditutup dengan happy ending (epilognya Henry diperbolehkan mengajar lagi setelah berhasil melindungi anaknya dari penculikan mafia Triad). Apakah isunya sudah dijawab? entah.


Yang menarik untuk film Donnie Yen umumnya, tentu koreografi aksi beladiri yang disajikan disini. Setiap adegan dieksekusi dengan baik dengan menampilkan gerakan pukulan dan tendangan yang cepat, koreografi yang tepat dan tidak berlebihan, aksi stuntman yang terlihat berisiko seperti terbanting di tumpukan meja,efek close shot di setiap tinjuan, serta action pace yang pas. Tidak terlalu cepat tapi tidak terlalu lambat. Hanya saja bagi fans garis keras film kungfu, terutama yang memang fansnya film Donnie Yen, adegan aksi yang disajikan di sini mungkin tidak ada yang begitu mengena dibanding film Donnie Yen sebelumnya seperti Killzone dan SPL yang lebih intens dalam memberikan nuansa pertarungan yang berbahaya atau trilogi Ip Man yang menunjukkan adegan pertarungan yang lebih otentik dengan koreografi Wingchun dan aliran kungfu lainnya.


Yang menjadi minus lagi adalah soundtrack film ini. Soundtrack yang dipakai dalam film ini cenderung diatur secara malas karena tidak ada soundtrack asli selain background score. Semua soundtrack diambil dari lagu-lagu pop Barat yang hits. Music director dalam film ini seakan cuma asal ambil lagu dari top playlist Youtube atau Spotify yang berasa kena dengan beberapa adegan dan dipasang begitu saja. Beberapa lagu memang memperkuat nuansa adegan yang berjalan karena pas dengan tema lirik dan suasana adegan. Tapi cara ini jelas membuktikan minimnya kreativitas, usaha, dan nilai otentik film ini dari segi musik.


Apakah Big Brother menjadi film Donnie Yen yang revolusioner setelah sekian lama hanya membintangi film laga saja? Saya rasa tidak. Ini hanya film drama sekolah biasa yang kebetulan isunya pas, ada Donnie Yen, dan ada adegan kungfunya saja. Jadi bila anda adalah tipe penonton yang suka drama ringan dan juga suka film beladiri, film ini cocok sekali ditonton dengan teman dan keluarga. Kalau anda mau mencari film yang mengangkat isu pendidikan dengan serius atau film aksi beladiri yang membawa tema lebih kelam dan sadis, cari film lain saja. This is only your typical light drama movie, but with some educational twist and kicks.

 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

©2018 by protagonis. Proudly created with Wix.com

bottom of page