top of page
Search

Aquaman: Kebangkitan DCEU, Mungkin...

  • Writer: Sang Protagonis
    Sang Protagonis
  • Jan 18, 2019
  • 7 min read

Memang merupakan keputusan yang salah dari Warner Bros dan DC Films dengan terburu-buru fokus dalam membuat film yang langsung menggabungkan berbagai superhero andalan sekaligus, seperti Batman v Superman dan Justice League yang jatuhnya jadi box office bomb dan dianggap remeh oleh kritikus. Aquaman menjadi salah satu bukti bahwa DC Extended Universe (DCEU) lebih bagus dalam membuat film superhero secara individual terlebih dahulu sebelum loncat langsung ke kolaborasi antar superhero (Wonder Woman menjadi bukti lainnya). Jika sebelumnya di Justice League kita hanya melihat Arthur si Manusia Ikan yang kekar tampan tapi sok asik dan penuh lagak, di film ini kita mulai dapat menghayati dan memahami siapa itu Aquaman dan apa kisahnya.



Aquaman menceritakan Arthur Curry, superhero yang lahir dari manusia biasa, Thomas Curry dan Ratu Atlantis, Atlanna. Setelah ditinggal oleh ibunya, Arthur hidup bersama ayahnya dan dilatih oleh Vulko, penasihat kerajaan Atlantis untuk menjadi pendekar Atlantis. Satu tahun setelah mengalahkan Steppenwolf, Arthur dipanggil oleh Mera, putri raja Nereus dari kerajaan Xebel untuk merebut tahta Atlantis dari raja Orm yang berambisi menyatukan tujuh kerajaan laut untuk menjadi Ocean Master dan menyatakan perang pada peradaban manusia di daratan. Orm juga adalah saudara tiri Arthur dari ibu yang sama namun berbeda ayah. Arthur yang aslinya cenderung membenci Atlantis akhirnya harus turun tangan dalam menaklukkan Orm yang melakukan penyerangan di berbagai pesisir daratan. Dibantu dengan Mera dan Vulko, Arthur berusaha mencari artefak legendaris bernama Trident of Atlan untuk mengalahkan Orm dan menunjukkan siapa yang sebenarnya pantas menjadi penguasa laut.


Seperti yang saya bilang, Aquaman sebelumnya dalam persepsi umum pop culture superhero adalah karakter paling remeh dalam DC universe. Di dalam Justice League, nama Superman dan Batman tak perlu ditanya lagi sampai siapapun yang tidak pernah dengar dua nama itu mungkin saja hidupnya bersama suku terpencil di pulau Sentinel Utara, India. Wonder Woman yang baru memulai debut filmnya di Batman v Superman sudah terkenal sebelumnya lewat komik dan serial animasi serta figurnya yang selalu dipakai sebagai ikon feminis. Flash sudah terkenal duluan dengan serial TVnya yang sudah sampai 5 season (meski Flash di DCEU dan serial TV adalah Flash yang berbeda universe). Cyborg yang meski agak underrated namun masih terkenal lewat serial Teen Titan, komik, dan ikonnya sebagai superhero ras Afro American. Tapi bagaimana Aquaman? Aquaman hanya pernah terkenal lewat serial animasi tahun 1960 an, tapi setelah itu penggambaran karakternya cenderung monoton dan tidak berkesan. Ini karena Aquaman sebelumnya hanya ditunjukkan sebagai superhero yang cuma hebat dalam berenang, mampu mengendalikan makhluk di laut, mampu mengendalikan air tapi tidak bisa apa-apa kalau tidak ada air. Meski pernah punya film DVD sendiri, muncul sebagai tritagonis di beberapa serial TV dan game, Aquaman tak pernah mendapatkan kesan yang mengena pada penonton. Bahkan, popularitas Aquaman sampai tahun 2016 hanya sebagai bahan meme di internet, salah satunya saat Aquaman terperangkap sampah plastik di laut bersama ikan-ikan di salah satu panel komik DC. Dengan adanya Jason Momoa yang memainkan Aquaman baik di Justice League dan akhirnya di film ini, Aquaman akhirnya mampu menunjukkan kesan dan ciri khas yang mengena sebagai salah satu superhero penting di DCEU.


Secara perkembangan karakter, Aquaman adalah tokoh yang basic. Tidak ada yang mind blowing dari dialog dan decision making sebagai tokoh utama. Prinsipnya sebagai superhero cukup simple, hajar musuh yang terlihat jahat dan tantang siapapun yang terlihat menyebalkan. Urusan lain seperti siapa mereka dan apa konsekuensi dari menghajar mereka itu urusan belakangan. Namun justru ini daya tarik Aquaman di antara karakter DCEU yang cenderung (sok) serius. Sosok Jason Momoa sebagai superhero yang gegabah, senang bercanda, terkadang tukang nyinyir, dan mulutnya tajam namun punya strong will dan prinsip yang teguh dalam bertarung dan mencapai tujuannya memberikan karisma yang unik dibanding superhero lainnya. Belum lagi perawakan Jason Momoa yang besar dengan rambut panjang dan brewok panjang merupakan penggambaran yang berbeda dibanding Aquaman sebelumnya yang digambarkan blonde dengan rambut rapi. Bayangkan Jason Momoa yang sebelumnya dikenal sebagai Khal Drogo dari serial Game of Thrones sekarang berubah menjadi Aquaman yang lebih fun dan komedik tapi tetap garang dan maskulin. Ini yang membuat Aquaman bahkan sejak di Justice League menjadi scene stealer. Tokohnya merupakan tipe tokoh yang mudah dicerna dan memikat audiens film action umumnya. Suatu pemberian napas baru bagi sosok Aquaman yang sebelumnya tidak berkesan sama sekali.


Sebagai film action Superhero tentang manusia laut yang punya kekuatan fisik yang super, Aquaman justru tidak menggunakan koreografi baku hantam antar superhuman seperti Man of Steel untuk elemen action utamanya. Justru yang lebih ditonjolkan di film ini adalah koreografi action beladiri senjata. Diceritakan di film ini bahwa kaum Atlantean adalah manusia petarung sehingga tidak aneh dari Atlana, Mera, Orm, Vulko dan Arthur Curry selalu menunjukkan kemampuan bela diri mereka di setiap adegan action. Koreografi yang dominan disini adalah koreografi stick fighting dengan trisula, secara tombak trisula adalah senjata tradisional kaum Atlantean. Mulai dari Atlana yang mengalahkan tentara Atlantean yang menyerang rumahnya sampai duel tombak antara Arthur dan Orm. Koreografi yang dinamis dan cepat serta shot-shot akrobatis yang pas dipadu dengan action CGI membuat adegan action di Aquaman terlihat seru, indah dan cukup menegangkan. Mungkin yang agak mengurangi kesan serunya adalah adegan slow motion di beberapa shot, meski ini penilaian yang sangat subjektif. Aquaman menjadi film dengan action fantasy yang dapat memberikan koreografi beladiri senjata yang bagus setelah Hellboy 2: Golden Army (2008)


Selain Jason Momoa sebagai Aquaman dan koreografi actionnya yang remarkable, desain setting dan tema di film ini boleh dibilang cukup bagus, terutama penggambaran peradaban manusia laut. Dari desain kostum, desain makhluk, dan arsitektur peradaban Atlantis terasa cukup mengena, misal kostum Mera sebagai putri kerajaan, desain makhluk Trench, serta arsitektur dalam ruang singgasana Orm. Selain itu, desain peradaban setiap kerajaan di Atlantis juga menambah nuansa dalam setting peradaban laut di Aquaman, misal desain Kerajaan Fishermen yang merupakan peradaban manusia duyung dan kerajaan Brine yang terdiri dari makhluk Crustacean. Ini menunjukkan ada perhatian lebih dalam desain visual dalam film Aquaman yang memberikan kesan bahwa menonton film Aquaman tidak hanya sekadar film superhero saja, tapi ada elemen epic fantasy yang memberikan nilai lebih. Kesan ini akan terasa sekali saat adegan perang antar kerajaan-kerajaan laut, mengingatkan kita akan film epic fantasy seperti Lord of the Rings dan 300.

Itu saja yang bagus dari Aquaman. Namun bagaimana dari segi plot keseluruhan dan character development?



Dari segi plot, banyak yang gagal memenuhi ekspektasi dan bahkan boleh dibilang mengecewakan. Salah satunya yaitu tema cerita yang kurang autentik. Pada dasarnya Aquaman adalah film tentang perebutan kekuasaan antara dua saudara tiri dimana yang satu diharapkan sebagai pemimpin sedangkan yang satu haus akan kekuasaan bahkan tidak segan untuk membunuh saudaranya sendiri. Pernah dengar plot ini sebelumnya? Yak, jika anda juga suka Marvel maka pasti anda akan teringat dengan plot Thor dan Black Panther. Tentu menuduh Aquaman menjiplak plot film Marvel adalah ngawur. Secara tema konflik antar dua saudara kerajaan yang saling bunuh adalah tema yang sangat umum dan bisa ditemui di luar cerita superhero sekalipun. Tapi ayolah… Adakah ide lain selain adegan dimana Orm menantang Arthur dalam duel hidup mati untuk pembuktian kekuasaan Atlantis yang tidak lain sama dengan Killmonger menantang T’Challa dalam duel hidup mati untuk perebutan tahta Wakanda? DC seharusnya punya insentif lebih untuk membuat tema dan konflik cerita yang berbeda jika memang tidak mau dianggap mengekor dengan studio sebelah.


Alur plot di tengah-tengah cerita juga terasa membosankan dan kurang hidup. Petualangan Arthur dan Mera mencari Trident of Atlan lebih mirip alur protagonis game RPG yang berpindah dari satu area ke area lain bersama anggota party lain untuk mengumpulkan item yang kemudian digunakan untuk melawan final boss, tapi kenapa mereka harus kesana cukup dengan penjelasan “karena misinya demikian”. Alur yang terasa templatif dengan beberapa selingan joke cheesy dan penjelasan latar lokasi yang minimal terasa membosankan. Perjalanan Arthur dan Mera dari Atlantis, padang Sahara, Sisilia dan kerajaan Trench lebih terlihat seperti karyawisata dengan outbond mendadak di padang gurun, liburan ke Italia yang diganggu oleh Black Manta dan mancing mania versi ekstrim oleh Aquaman. Meski ada alasan mengapa mereka harus mengunjungi tempat-tempat ini tapi tolonglah… Perjalanan kedua sejoli ini lebih terkesan seperti tourism marketing yang relevansinya pada cerita dan universe agak kurang ngena.


Meski Aquaman berhasil memberikan karisma yang unik dan mengesankan di film ini, tapi character developmentnya dengan tema cerita agak buruk. Usaha Arthur dalam memperoleh Trident of Atlan dan menaklukkan Orm terasa deterministik. Saya sebut deterministik karena dari awal sampai akhir cerita tak ada penjelasan yang jelas mengapa Arthur secara penokohan adalah tokoh yang layak untuk memperoleh Trident of Atlan dan mengalahkan Orm, selain karena dia Aquaman. Konflik batin pada Arthur akan penyesalannya atas kematian ibunya dan kekhawatiran akan orang sekitarnya yang bisa celaka karena dia juga tidak dihubungkan dengan konflik utama dalam tema film. Padahal banyak cara untuk mengembangkan potensi heroik dalam tokoh Arthur sehingga tokohnya tidak deterministik. Mau tidak mau kita harus membandingkannya dengan superhero sepantarannya, yaitu Thor yang bisa menonjolkan sisi heroiknya dengan mengorbankan dirinya demi mendapatkan kekuatan Mjolnirnya kembali. Namun di Aquaman, dari awal sampai akhir, tidak ada proses konflik-resolusi dari penokohan Aquaman dan tema cerita yang meyakinkan untuk membuktikan bahwa dia adalah True King of Atlantis seperti yang diutarakan Vulko dan Mera.


Orm sebagai villain disini juga tidak punya motivasi jelas yang melandasi ambisinya untuk menyatukan 7 kerajaan laut dan menaklukkan daratan. Apakah karena dia karakter pure evil yang megalomania? Apakah karena tekanan sebagai raja Atlantis yang harus melebihi pendahulunya? Apakah karena sakit hati di anak tirikan oleh ibunya? Atau karena harga dirinya sebagai manusia laut yang jengah akan kelakuan manusia darat yang sering mengotori laut? Sama sekali tidak jelas sampai di akhir film sehingga di dalam hati saya cuma bisa ngomel, “Orm itu maksudnya apa!?”.


Aquaman merupakan film 50:50 bagi saya yang memiliki daya tarik dan kelemahan yang sepadan. Film ini sangat fun sebagai film hiburan semata namun masih belum bisa dianggap serius sebagai film superhero terbaik. Masih banyak juga potensi dalam film Aquaman yang belum dikembangkan dalam film ini seperti Black Manta yang merupakan arch nemesis Aquaman, Vulko, Mera, dan Atlantean universe. Namun setidaknya Aquaman menjadi testimoni bahwa DC tidak kalah bagus dalam membuat film individual superheronya dan juga mampu untuk tidak bergantung pada nama superhero andalan dalam menjual universenya seperti Superman dan Batman. Terbukti berkat kharisma Jason Momoa, Aquaman kedepannya akan menjadi remarkable icon Justice League yang bisa saja melebihi popularitas Ben Affleck sebagai Batman dan Henry Cavill sebagai Superman. Jason Momoa menunjukkan bahwa Aquaman tidak hanya sekedar manusia ikan, he is a badass superhero that if you are a man, he can make you question your masculinity and if you are a woman, he can make you wet for sure.

 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

©2018 by protagonis. Proudly created with Wix.com

bottom of page